Ada alat musik tradisional yang ditiup, digesek, dipukul. Di Indonesia, sangat banyak kesenian yang bisa kita temukan.
Seperti contoh, suling mendapat perhatian masyarakat sehingga cepat dikenal dan mampu menjadi salah satu alat musik tradisional yang dipandang dunia.
Baca Juga :
- Alat Musik Tradisional Jawa Barat
- Alat Musik Tradisional Batak
- Alat Musik Tradisional Jakarta
- Alat Musik Tradisional Papua Barat
- Alat Musik Tradisional Papua
- Alat Musik Tradisional yang Dipetik
- Alat Musik Tradisional Sumatera Utara
- Alat Musik Tradisional Sumatera Barat
- Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara
- Alat Musik Tradisional Sunda
- Alat Musik Tradisional Sulawesi Utara
- Alat Musik Idiophone Modern dan Tradisional
- Alat Musik Membranofon : Penjelasan, Contoh dan Jenisnya
Daftar Alat Musik Tradisional yang Ditiup
Berikut daftar nama alat musik tradisional yang ditiup beserta penjelasannya:
1. Serunai Banjar
Serunai Banjar adalah instrumen musik yang sering dimainkan ketika acara Kuntau atau biasa dikenal seni bela diri silat asal banjar,
meskipun begitu sangat disayangkan saat ini alat musik tradisional yang ditiup seperti Serunai Banjar sudah jarang digunakan karena jarangnya pementasan silat dan juga penggunaan alat musik modern yang mulai menggantikan peranan Serunai Banjar.
Alat musik tradisional yang ditiup ini merupakan alat musik yang berasal dari Kalimantan Selatan, bentuknya menyerupai terompet dengan desain ukiran yang khas.
Pada bagian mulut terdapat reeds ganda yang membantu kita meniup dan langsung mengenai bibir pemain.
Reeds terbuat dari daun kelapa kering yang dipasangkan ke arah tempat meniup. Serunai Banjar umumnya dimainkan bersamaan dengan alat musik tradisional lain yang bisa mengiringi seni Kuntau (sebuah kesenian bela diri) atau tari kuda kepang seperti gong.
2. Serangko
Selain alat musik tradisional Gambus, di Jambi ada lagi alat musik yang juga cukup dekat dengan masyarakat yaitu Serangko.
Serangko adalah sebuah alat musik tradisional dari Jambi yang dimainkan dengan cara ditiup dan terbuat dari tanduk kerbau yang panjang. Panjang tanduk sekitar 1 hingga 1,5 meter, terbayang bukan seperti apa besarnya kerbau tersebut?.
Dulunya, penggunaan Serangko hanya digunakan oleh komandan pasukan perang untuk memberikan sinyal komando, selain itu Serangko juga digunakan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat kawasan tertentu jika ada musibah yang mendekat, seperti angin kencang atau warga sekitar yang meninggal.
3. Serdam
Serdam ialah alat musik daerah yang dimainkan dengan cara ditiup. tadinya saya berfikir bahwa Serdam merupakan alat musik tradisioal yang ditiup sejenis Seruling namun dengan nama yang berbeda,
ternyata Serdam menghasilkan nada dasar G sebagai Do dan memiliki 5 lubang yang bisa menghasilkan tangga irama doremifasol.
Serdam juga menghasilkan suara musik yang sendu seakan pemain sedang merasakan “kesedihan” dan pemain yang menggunakan alat musik ini sedang menghibur diri dari sakit hati yang menimpanya.
Serdam biasanya juga digunakan sebagai pengiring solis yang berkaitan dengan lagu yang dibawakan.
Bentuk Serdam
Alat musik Serdam terbuat dari bambu berbentuk bulat dengan garis tengah 1 – 1,5 cm dan panjang 25 – 26 cm. Diameter lubang sekitar 4 cm dan jarak ujung Serdam ke lubang tadi sekitar 4 cm juga.
Jarak antar masing-masing lubang diberi 2 cm, dan jarak lubang klep pertama dan kedua juga 2 cm simetris.
4. Foy Doa
Foy Doa merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup yang berasal dari Flores dan hingga sekarang tidak diketahui umur pasti dari alat musik tradisional tersebut karena tidak adanya peninggalan-peninggalan sejarah.
Foy Doa berbentuk seperti sebuah suling ganda yang terbuat dari buluh/bambu kecil yang “bergandengan” sebanyak 2 atau lebih.
Foy Doa juga biasanya dimainkan oleh para remaja dalam sebuah permainan rakyat (seperti bentengan, dll) pada malam hari dengan berkumpul berbentuk linkaran.
Nada yang dihasilkan dari Foy Doa-pun bisa menghasilkan nada tunggal ataupun nada ganda tergantung dari pemainnya.
Cara Memainkan Foy Doa
Menggunakan Foy Doa sama seperti memainkan seruling atau suling yang dimainkan dengan cara ditiup. Tarik nafas secukupnya dan hembuskan lewat mulut, sementara jari tangan digunakan untuk menutup lubang suara.
Dalam permainannya, penggunaan Foy Doa biasanya untuk mengiringi syair-syair musik yang bertemakan tentang kehidupan.
5. Sunding Tongkeng
Sunding Tongkeng adalah sebuah nama alat musik tradisional yang ditiup. Sunding Tongkeng sangat berkaitan dengan bentuk dan cara memainkannya. Bentuk ruas bambu dan bulu memiliki panjang hingga 30 cm.
Alat musik ini berwujud “berbuku-buku” dan salah satu ujung jari dari ruasnya dibiarkan saja.
Lubang suara dari Sunding Tongkeng berjumlah 6 buah, sebagian dari lubang peniupnya dililitkan sedikit daun tala. Cara memainkan alat musik tradisional ini seperti suling / seruling / flute.
Karena posisi meniupnya tegak, orang Manggarai menyebutnya Tongkeng dan Sunding adalah nama lain dari Suling.
Alat musik tradisional Sunding Tongkeng biasanya digunakan hanya pada saat malam hari sewaktu menjaga hewan ternak (pada daerah itu biasanya adalah babi).
6. Suling Lembang
Suling Lembang adalah alat musik tradisional yang ditiup Sulawesi Selatan yang berasal dari asal Toraja, memiliki panjang 40 hingga 100 cm, Suling Lembang merupakan suling terpanjang di daerah Toraja.
Meskipun dengan panjang tersebut, Suling ini memiliki diameter yang kecil sehingga kita masih bisa memegang dengan menggunakan tangan. Pada bagian ujungnya diberikan cerobong tanduk, sehingga bentuknya seperti terompet.
Suling Lembung memiliki 6 lubang nada dan biasanya digunakan pada lagu-lagu Toraja terutama pada waktu berduka, namun suling ini tidak dimainkan solo dan seringnya diiringi dengan alat musik Suling Deata.
Suling lembang berbentuk tegak lurus dan ditiup melalui bagian atasnya yang berbentuk seperti cincin. N
Peranan dari Suling Lembang ini baru akan terlihat pentingnya pada sebuah kegiatan Rambu Tuka‘ dan Aluk Rampe Matampu (Upacara panen padi & Upacara kematian).
Penggunaan alat musik tradisional yg ditiup ini sangat penting dalam mengiringi syair dan lagu pada upacara tersebut.
7. Puwi-Puwi
Selanjutnya ada alat musik tradisional yg ditiup dengan bentuk yang berbeda dari yang lain adalah Puwi-puwi, Puwi-puwi atau bisa juga kita panggil dengan puik-puik adalah alat musik berbentuk terompet dari Sulawesi Selatan.
Bentuk dan cara memainkan alat musik tradisional ini sama persis dengan beberapa alat musik dari daerah lain di Indonesia, seperti serunai, saronen, dan terompet di Jawa Barat.
8. Basi-Basi
Bentuk dari alat musik tradisional yang ditiup ini terkadang mengingatkan kita dengan alat musik yang digunakan pawang ular pada film-film India yang membuat ular menjadi jinak.
Masyarakat Bugis menyebutnya dengan sebutan basi-basi sedangkan penduduk Makassar menyebutnya Klarinet (terompet panjang dengan banyak lubang suara).
9. Saluang
Saluang merupakan alat musik tradisional yang ditiup dari Minangkabau. Alat musik ini terbuat dari bambu yang tipis atau bambu talang,
yang diyakini bahan yang bagus untuk menjadi bahan pembuatan Saluang adalah bambu yang digunakan untuk jemuran atau talang yang hanyut terbawa air sungai
Saluang juga merupakan alat musik tradisional yang masih satu keluarga dengan Suling, namun hanya memiliki 4 lubang. Panjang Saluang berkisar 40 – 58 cm dengan garis tengah 3 – 3,5 cm.
Saluang dapat menghasilkan bunyi dengan cara ditiup pada bagian atasnya.
Saluang pada Zaman Dahulu
Menurut sejarahnya, Dulu ada seorang pemain Saluang terkenal bernama Idris Sutan Sati bersama dengan penyanyinya bernama Syamsimar.
Keistimewaan dari seorang pemain adalah teknik yang digunakan dalam meniup sekaligus menarik nafas secara bersamaan sehingga pemain tak perlu berhenti untuk bernafas.
Tiap-tiap daerah di Minangkabau memiliki teknik meniup dengan gayanya masing-masing seperti contoh ada gaya Singgalang, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan, dll.
Selain itu, ada beberapa jenis Saluang yang diyakini memiliki kekuatan magis dan dapat digunakan sebagai perantara sihir atau ilmu hitam.
10. Pupuik Batang Padi
Selanjutnya ada Pupuik Batang Padi, satu-satunya alat musik tradisional Minangkabau yang terbuat dari batang padi. Pada bagian terpasang lidah yang digunakan untuk meniup nantinya, tiupan pemain akan menghasilkan celah dan dari situlah bunyi dihasilkan.
Bunyi yang diciptakan Pupuik Batang Padi sangat tinggi dan melengking, namun nada yang dihasilkan tergantung dari kelihaian pemain memainkan jarinya pada lilitan yang terbuat dari kelapa itu.
Saat ini penggunaan Pupuik Batang Padi sangat jarang ditemui karena posisinya digantikan dengan alat musik modern seperti terompet, terutama pada saat perayaan tahun baru.
11. Sarunai
Selanjutnya ada alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup lagi yaitu Sarunai.
Sarunai atau yang memiliki nama kerennya Klarinet Minang dibuat dari bahan 2 buah potongan bambu yang besarnya tidak sama, potongan bambu yang kecil nantinya akan dimasukkan kedalam bambu yang besar.
Sarunai memiliki 4 lubang nada yang dapat menghasilkan nada melodius, dikarenakan pembuatannya cukup sulit dan jarang digunakan, Sarunai sudah jarang ditemui, terkecuali jika anda mau memesan langsung ke pembuat Sarunai.
Sarunai-pun biasanya dibeli oleh kolektor benda antik atau pecinta seni saja.
12. Oli
Alat musik tradisional yang ditiup selanjutnya adalah Oli. Alat musik ini terbuat dari bambu. Cara memainkannya adalah dengan cara ditiup dan rongga mulut pemain berfungsi sebagai resonator, tentu saja nafas pemain harus kuat.
Alat musik ini banyak ditemukan pada kebudayaan masyarakat Melayu, meskipun ada kemungkinan nama alat musik ini berbeda.
Saat ini, Oli sudah menjadi salah satu alat musik tradisional yang dilindungi pemerintah dan sedang diupayakan agar para generasi berikutnya mengenal tentang dan fungsi dari alat musik ini.
Salah satu acara adat yang menggunakan alat musik ini adalah upacara budaya syukur Tulude di daerah Sangihe. Acara tersebut merupakan bentuk ucapan rasa syukur atas nikmat diberikan Tuhan.
Selain dalam acara tersebut, Oli juga dipergunakan saat pagelaran musik bersamaan dengan alat musik daerah lainnya
13. Ore-Ore Mbondu
Ore-Ore Mbondu adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup yang berasal dari Sulawesi Tenggara (SulTra) dan bisa dibilang cukup langka karena keberadaannya mungkin sulit untuk kita cari.
Alat musik tradisional ini terbuat dari tulang yang dilubangi dan juga tembaga.
Alat musik tradisional ini dulunya dimainkan oleh orang yang sedang bekerja di sawah saat panen, lalu ada juga alat musik lainnya yang digunakan untuk menambah keseruan nya seperti Baasi dan Dimba.
14. Suling Balawung
Suling Balawung adalah sebuah alat musik tradisional yang ditiup asal Kalimantan. Berbahan utama bambu dengan ukuran kecil, memiliki 5 lubang di bagian bawah dan 1 lubang di atas.
Suling Balawung seringnya dimainkan oleh kaum wanita dari suku Dayak yang bermukim di sepanjang sungai Katingan.
Suling Balawung merupakan alat musik tradisional yang cukup populer dan dianggap sakral oleh masyarakat.
Karena memiliki 5 lubang sebagai pengatur nada, Suling Balawung berukuran cukup panjang dan hanya memiliki 5 nada yaitu do, re, mi, fa, sol, la (Pentatonik).
15. Pakeke
Pakkeke adalah alat musik tradisional provinsi yang dimainkan dengan cara ditiup asal Sulawesi Barat. Alat musik ini lebih dikenal dengan sebutan keke yang terkenal karena keunikannya.
Tidak hanya dari bentuknya saja namun juga dari bunyi yang dihasilkan berbeda dengan alat musik lainnya.
Pakkeke terbuat dari bambu yang berukuran kecil, pada bagian ujungnya terdapat daun kelapa yang dikeringkan lalu dililit, fungsinya sebagai pembawa efek bunyi.
Pakkeke biasanya dimainkan oleh para petani yang sedang menunggu ladang atau sawah mereka untuk menghilangkan rasa bosan itu dengan suaranya.
Berbeda dengan alat musik tradisional yang tergantikan dengan adanya modernisasi. Seiring perkembangan zaman, Pakkeke bisa ikut ambil bagian dalam sebuah seni pertunjukkan yang berkolaborasi dengan alat musik tradisional lain.
16. Pereret
Pereret adalah alat musik tradisional asal NTB yang terbuat dari bambu. Pereret berbentuk seperti terompet dan tak jarang dimainkan dalam musik orkestra sebagai pembawa melodi.
Alat musik tradisional ini telah berkembang di Lombok tepatnya bagian barat, dibawa oleh orang-orang Bali.
Dalam pembuatannya, Pereret membutuhkan hari baik sesuai dengan hitungan “Pahing” tapi hari apapun itu tidak masalah. Saat pembuatannya juga beberapa penduduk menyediakan sesajen yang terdiri dari beras, kepeng bolong, benang kotak stukel, serta buah pinang.
Dengan adanya sesajen, menurut mereka memiliki makna perlindungan agar pembuat tidak terkena mata merah dan berair. Pareret dimainkan pada saat upacara persembahyangan (kelengkapan upacara) dan ulang tahun pura di Bali yang bermukim di Lombok Barat.
17. Sarone
Sarone adalah alat musik tradisional yang ditiup dari Nusa Tenggara Barat. Sarone termasuk kedalam jenis alat musik aerofon. Jika dilihat dari lidah yang dimiliki, alat musik tradisional NTB ini dikategorikan kedalam klarinet karena hanya ada 1 saja.
Masyarakat setempat menyebut lidah ini “Lera”, bentuk Sarone seperti tabung yang ukurannya makin lama makin besar.
Sarone terbuat dari bambu kecil yang dilubangi ditambah dengan daun lontar, untuk melubanginya digunakan kawat yang dibentuk dan berukuran besar lalu dibakar hingga panas. Jarak antara lubang yang satu dengan lainnya diukur sehingga hasilnya simetris.
Sarone ada macamnya, ada yang memiliki 5 lubang ada juga yang 6 lubang di atasnya, tetapi lubang pada bagian bawah tetap satu. Jika Sarone tersebut memiliki 5 lubang,
berarti nada yang dihasilkan menjadi do, re, mi, fa, sol. Dan jika 6 lubang urutan nadanya do, re, mi, fa, sol, la, si.
18. Suling Bangka
Suling memang dapat kita temui di daerah-daerah lain dan juga merupakan salah satu alat musik tradisional Bangka Belitung yang cukup diminati oleh masyarakat.
Suling Bangka Belitung terkenal akan keindahan corak yang terukir sehingga membuatnya lebih menonjol dibanding Suling biasa.
Penggunaan alat musik ini bisa dibilang sama dengan Suling lainnya yaitu ditiup dan tentunya dengan menutup beberapa lubang akan menghasilkan nada berbeda.
Bahan pembuatan juga menentukan bagus atau tidaknya sebuah Suling. Pada zaman modern seperti sekarang , Suling sangat mudah untuk ditemui dan tak jarang menjadi pelajaran extra di beberapa sekolah.
19. Triton
Sekilas bila kita melihat langsung bentuk fisik Triton, kita akan berfikir bahwa itu adalah makhluk hidup, Triton juga merupakan nama suatu wilayah (sebuah teluk) yang “diyakini” memiliki keindahan hayati lebih indah dari Raja Ampat.
Triton adalah sebuah alat musik tradisional yang ditiup dari Papua. Triton dapat kita temui hampir di seluruh pantai, terutama di distrik Biak, Yapen, Waropen, Wondama, dan Raja Ampat.
Awalnya, Triton hanya digunakan untuk sarana komunikasi atau pemanggil / pemberi tanda. Ternyata Triton juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana hiburan.
20. Karinding
Karinding juga termasuk alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup dari Jawa barat.
Beberapa tempat yang cukup dikenal dengan alat musik ini antara lain Citamiang, Tasikmalaya, Lewo, Garut adalah tempat terkenal dengan pembuatan karindingnya.
Selain digunakan sebagai alat musik, karinding juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengusir hama sawah. Lagu yang biasa dimainkan adalah Titisan Karuhun Sunda – Bandung mulang,
Karinding umumnya dimainkan dengan cara group setidaknya 2 orang atau lebih.
Menurut penuturan pemain karinding, terdapat 4 macam nada dalam menggunakan alat musik tradisional tiup ini, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan juga iring-iringan.
Suara yang dihasilkan dari karinding menyerupai serangga kecil, burung atau dikenal juga dengan sebutan ultrasonik yang bisa mengganggu pendengaran hama.
21. Suling
Suling adalah alat musik tradisional yang ditiup yang sudah sangat terkenal bahkan hingga luar, suara yang diciptakan Suling sangatlah halus dan sangat cocok bila dipadukan dengan alat musik tradisional lain.
Di era modern seperti sekarang, sangat mudah bagi kita untuk menjumpai bahkan diluar daerah asalnya.
Bahan utama untuk membuat suling adalah bambu yang dipotong dan diberikan lubang sehingga berhasil menghasilkan suara yang sesuai keinginan pembuatnya. Jika kalian pergi ke pengrajin Suling, ada juga yang membuat suling mereka dari bahan selain kayu.
22. Pereret
Pereret merupakan alat musik tradisional Bali yang memiliki bentuk menyerupai terompet, alat musik ini hingga sekarang masih ada namun jarang bisa kita temukan. Cara memainkannya adalah dengan memegang Pereret tersebut, lalu ditiup.
Pereret biasanya digunakan oleh masyarakat Bali pada saat pentas seni budaya seperti seni Sewo Gati, Masyarakat Bali yang masih memiliki keyakinan animisme percaya Pereret bisa dimanfaatkan untuk perbuatan yang tidak baik,
mereka percaya bahwa alat musik tradisional ini juga bisa digunakan untuk alat guna-guna para wanita agar mau dinikahi oleh pria.
23. Bansi Alas
Bansi adalah alat musik tradisional yang ditiup dari Aceh. Bansi memiliki panjang 41 cm dan diameter sekitar 3 cm dengan 7 lubang tepat di bagian atas yang berfungsi sebagai pengatur melodi, seperti apa yang akan dikeluarkan tergantung lubang mana yang kita tutup.
Pembuatan alat musik Bansi dulunya identik dengan adanya kabar duka seorang warga yang meninggal dunia sebagai tempat dimana bansi akan dibuat. Apabila Bansi dibuat untuk menghormati orang yang telah meninggal, n
antinya bansi yang sudah selesai digunakan akan dihanyutkan di sungai.
Beberapa Judul lagu yang biasa dimainkan Bangsi, antara lain:
- Canang Ngaro
- Canang Ngarak
- Canang Jing Jing Tor
- Tangis Dillo
Penggunaan bansi di tanah Alas dulunya digunakan sebagai pengiring tarian, sebuah tarian khas dari desa Telangat Pagan yang bernama tari Landok Alun.
Tarian ini menggambarkan kegembiraan para petani yang mendapat rezeki dari Tuhan berupa lahan dengan kondisi yang baik.
24. Kecapi Mulut
Kecapi mulut adalah alat musik tradisional yang ditiup yang terbuat dari bambu, untuk memainkannya ada teknik tertentu. Dalam memainkan Kecapi mulut, alat musik ini harus dijepit di antara bibir pemain, lalu ditiup seraya menarik talinya.
Salah satu tempat yang masih menyimpan alat musik tradisional Kecapi mulut adalah museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih. Kecapi mulut menghasilkan suara yang tidak terlalu keras, sehingga penggunaannya hanya untuk hiburan saja.
25. Amyen
Amyen adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup dari Papua. bentuk Amyen mirip dengan seruling atau suling. Amyen seringnya digunakan untuk mengiringi tarian daerah dan sebagai tanda bahaya saat perang dahulu.
Amyen menggunakan bahan utama kayu putih dalam pembuatannya, alat musik tradisional ini diyakini berasal dari Suku Web, Provinsi Papua.
26. Ole-Ole
Ole-ole adalah alat musik tradisional yang ditiup. Badannya terbuat dari batang padi dan resonatornya terbuat dari daun kelapa.
Ole-ole merupakan alat musik sederhana yang masuk dalam jenis alat musik instrumen solo, Alat musik ole-ole terbuat hanya dari satu ruas batang padi.
Pada satu ruas batang padi tersebut pangkal ujung dekat ruasnya dipecah, sehingga pecahan batang tadi menjadi bagian penggetar udara sebagai penghasil bunyi Ole-Ole. Tak jarang, Ole-ole juga memiliki lubang pada batangnya.
Lubang nada pada batanng tidak beraturan tergantung pembuatnya dan nada yang ingin dicapai, Ole-ole dibuat sedemikian rupa karena memang penggunaannya yang sebatas hiburan pribadi saja.
Pada pangkal ujungnya digulung daun tebu atau kelapa agar suaranya terdengar jauh dan keras.
27. Tatali
Tatali merupakan alat musik tradisional tiup asal Sulawesi Tengah, mirip dengan Suling. Tatali dimainkan dengan cara ditiup dan merupakan alat musik tradisional khas suku To Wana.
Dengan ukuran yang mencapai 50 cm dan diameter 2cm, Tatali akan cukup sulit dimainkan bagi pemula.
Tatali memiliki 3 lubang yang fungsinya sebagai resolusi udara tempat kita meletakkan jari, tentunya hanya ada 3 pilihan nada saja dan tergantung keahlian dari pemain untuk memainkannya.
Teknik meniup juga harus diperhatikan karena dan menggunakan perasaan agar suaranya enak didengar.
28. Yori
Yori adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kulit pelepah enau dan tali dari kulit kayu. Fungsi alat musik Yori ialah sebagai penghibur diri karena suara yang diciptakan tidak keras, tapi setidaknya suasana tidak menjadi sunyi.
Pembuatan Yori memakan waktu, sehingga jika anda ingin mencobanya mungkin bisa tapi bersabarlah. Anda membutuhkan pelepah enau dan tumbuhan yang cocok untuk talinya. Keluarkan gading dari pelepah yang sudah anda pilih, namun jangan sampai rusak.
Suara yang dihasilkan dari Yori hanyalah dapat didengar hingga jarak 3 – 8 meter saja dan digunakan untuk saling berbalas bunyi oleh remaja.
Untuk memainkannya anda harus mengangkat alat musik ini, lalu ditiup. Sangat disayangkan karena Yori ini sudah langka atau bisa dibilang alat musik ini sudah punah.
29. Tahuri / Korno
Tahuri adalah alat musik tradisional yang ditiup asal Maluku. Mungkin saat anda pertama melihatnya, anda akan beranggapan bahwa ini mungkin hanyalah benda “pajangan” karena bentuknya berupa cangkang hewan seperti alat musik Triton dari Papua.
Alat musik tradisional ini telah berkembang di Maluku terutama mereka yang tinggal di pesisir pantai, Tahuri dipercaya telah ada dari abad ke-19 yang pada saat itu dimainkan dengan alat musik tradisional Maluku lainnya.
Sebelum dimainkan sebagai alat musik, Tahuri / Korno digunakan untuk memanggil masyarakat sekitar untuk berkumpul membahas masalah atau lainnya,
panjang dan banyaknya tiupan dari Tahuri memiliki makna tersendiri, seperti 1 tiupan pendek untuk memanggil 1 tiupan panjang untuk memperingati gelombang dan lainnya.
Membuat Tahuri / Korno
Jika dilihat dari bentuknya, bisa dipastikan bahwa Tahuri berasal langsung dari. Cangkang kerang yang digunakan dalam pembuatannya dicuci hingga bersih lalu dilubangi menggunakan bor.
Besar kecilnya lubang yang dibuat menentukan nada yang dihasilkan, biasanya kerang yang kecil akan menghasilkan nada tinggi, sedangkan yang besar menghasilkan suara bernada rendah.
Selain terdapat di Maluku, Tahuri juga dikenal di daerah Biak, Papua dengan nama Fu. Alat musik tradisional tersebut digunakan untuk memanggil penduduk atau sekedar pengiring tarian khas disana.
30. Kadire
Alat musik tradisional Kadire merupakan alat musik tiup yang dikenal juga dengan sebutan Keledi. Kadire menghasilkan suara dengan cara meniup tempurung kelapa yang dikeringkan ini.
Tempurung kelapa inilah yang berfungsi sebagai pengatur nada. Ditambah, Kadire juga biasanya dimainkan pada saat acara adat masyarakat Dayak
Bahan Pembuatan Kadire
Bagian mulut terbuat dari buah labu yang berumur 5 – 6 bulan, jangan lupa untuk mengeluarkan isi dan setelah itu rendam selama 1 bulan (30 / 31 hari) dan lalu dikeringkan.
Buah labu dan batang bambu tadi dijadikan satu dengan perekat yang terbuat dari sarang lebah hutan.
Kadire adalah tipe alat musik yang mengeluarkan nada pentatonik. Alat musik tradisional ini biasanya dimainkan untuk mengiringi nyanyian daerah,
tarian atau hiburan teater tutur (syair nyanyian yang liriknya berupa nasehat/pengingat) dan juga beberapa upacara adat Dayak.
31. Kohotong
Kohotong adalah nama alat musik tradisional yang ditiup dan sulit untuk dicari karena memang semakin langkanya alat musik daerah. Alat musik tradisional Kohotong yang terbuat dari dahan tanaman liar.
Tanaman liar yang digunakan pun sebagai bahan tidak sembarangan, anda bisa mencari bahan pengganti untuk pembuatannya dengan dahan pohon enau (pohon yang tingginya mencapai 25 m) hati-hati karena dahannya diselimuti dengan ijuk.
Sumber referensi :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_alat_musik_Indonesia