Alat Musik Tradisional yang Dipukul

Abdul

alat musik yang dipukul

Ada alat musik tradisional yang dipukul, digesek, dan di ditiup. Di Indonesia, sangat banyak kesenian yang bisa kita temukan.

Daftar Alat Musik Tradisional yang Dipukul

contoh alat musik tradisional yang dipukul

Berikut daftar nama alat musik tradisional yang dipukul beserta penjelasannya:

1. Gendang Bulo

Gendang Bulo dimainkan pada acara-acara tertentu saja seperti pernikahan atau acara adat, selain itu pemain Gendang Bulo berasal dari kaum laki-laki, namun sayangnya sangat jarang bisa kita jumpai pemain yang masih muda, mungkin kurangnya minat belajar mereka menjadi penyebab hal tersebut.

Gendang Bulo memiliki ukuran berbeda-beda, salah satu sisi memiliki ukuran lebih lebar pada bagian yang dipukul. Untuk memainkan alat musik tradisional yang dipukul semacam ini, anda harus mengatur letaknya terlebih dahulu.

Jika anda tidak kidal, sisi yang lebih besar diletakkan di sebelah kanan, untuk memukulnya anda bisa menggunakan stik pemukul, dan sisi Gendang satunya dipukul menggunakan telapak tangan anda.

Posisi Gendang haruslah diperhatikan, jika tidak anda tentunya pemain akan kesulitan untuk mengatur tempo dan menggunakan teknik memukulnya.

Pemain Gendang biasanya menggunakan pakaian adat saat memainkan Gendang. Saat dimainkan Gendang ini bisa dipasangkan dengan alat musik tradisional Sulawesi Selatan lainnya

2. Ana’ Becing / Ana’ Baccing

Ana Becing adalah sebuah alat musik tradisional yang dipukul satu sama lain. Bentuknya menarik dan mudah untuk diketahui dari bentuknya, mirip seperti sepasang dayung.

Inilah yang menyebabkan Ana Becing mudah dikenali, terlebih karena sering dimainkan dalam acara karnaval, parade festival, pesta dan upacara adat.

3. Marawis

Alat musik tradisional yang dipukul selanjutnya adalah Marawis.  Marawis memiliki bentuk seperti Rebana, tapi bentuk Marawis yang gempal membuatnya mudah dibedakan karena Rebana berbentuk pipih dan lebar.

Marawis juga kental dengan unsur religi pada syair lagu yang dibawakan karena mengandung puja-puji kepada Tuhan yang maha Esa.

Nama alat musik tradisional ini juga digunakan sebagai “panggilan” grup musik yang anggotanya didominasi dengan Marawis.

Salah satu teknik yang cukup menarik perhatian dari Marawis ialah teknik Zapin. Teknik pukulan ini mengiringi biasa digunakan pada lagu gembira yang seakan alat musik tersebut saling berbalas.

Permainan Marawis

Jumlah pemain dalam sebuah grup Marawis biasanya terdiri dari 12- 14 pemain, ada kemungkinan yang lebih. Dalam sebuah grup Marawis juga terdapat alat musik tradisional tambahan seperti Hajir (Gendang besar) dan tumbuk (Berbentuk seperti tifa)

Selain itu, irama pada musik Marawis juga tidak sembarangan, ada teknik yang digunakan untuk memukul marawis (ada tanya dan ada jawab) dan biasanya ada 1/2 orang yang memainkan irama berbeda sendiri, orang inilah yang bertugas mengatur tempo permainan dan memperindah suara yang dihasilkan.

4. Kecrek

Kecrek adalah alat musik tradisional yang digunakan dalam orkes musik Gambang Kromong di Jakarta. Kecrek merupakan alat musik yang cukup simpel karena sekilas Kecrek hanya terbuat dari beberapa bilah logam perunggu yang diberi “alas” kayu untuk dipukul.

Suara yang dihasilkan dari memukul Kecrek membuatnya dikategorikan kedalam jenis musik perkusi dengan suaranya “crek-crek-crek” saat dipukul. Kecrek juga biasanya hanya digunakan sebagai penanda  / penegas nada saat ingin memulai dan mengakhiri sebuah pentas musik.

5. Talempong Atau Bonang Minang

Di tanah Minang, Talempong juga merupakan alat musik tradisional yang dipukul dan memiliki bentuk seperti sebuah Gong namun ukurannya cukup kecil dengan bagian yang dipukul berbentuk benjolan yang diletakkan mendatar.

Talempong terbuat dari logam dan dipukul menggunakan pemukul kayu. Talempong biasanya digunakan sebagai alat musik pengiring kesenian seperti Tari Piring, tapi jika tertarik untuk belajar kita bisa memainkannya kapanpun kita inginkan.

6. Aguang Atau Gong Minang

Aguang merupakan panggilan Urang Minang untuk alat musik tradisional yang dipukul berbentuk Gong ini. Aguang memiliki bentuk sama seperti daerah lain, bundar dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukulnya. Penggunaan Aguang ini juga bisa sebagai penentu sebuah pentas musik.

Bila kita mencarinya, biasanya Aguang dimainkan oleh kaum ibu-ibu lengkap dengan aksesoris dan pakaian adat daerah. Permainan alat musik ini setidaknya membutuhkan 2 orang untuk bagian kiri dan kanan aguang.

7. Kolintang

Kolintang adalah alat musik tradisional yang dipukul dari Sulawesi Utara, hingga sekarang penggunaannya masih mudah kita temui terlebih jika di daerah tersebut ada acara adat budaya.

Di Indonesia Kolintang lebih dikenal sebagai alat musik perkusi karena kurang indah jika dimainkan solo.

Kolintang diyakini berasal dari daerah Minahasa, . Dalam pembuatannya, alat musik tradisional pukul ini menggunakan kayu yang ringan namun kuat / keras sejenis kayu Cempaka dan kayu Waru. Asal nama “Kolintang” berasal dari suara yang dihasilkan, yakni: tong, ting. tang (rendah, tinggi, biasa)

8. Sasesahang

Sasesahang adalat alat musik tradisional yang dipukul ke tangan namun cukup sulit untuk kenali.

Sasesahang terbuat dari bambu, saat dimainkan tangan alat musik ini dipukul-pukul ke tangan kiri sementara jari tangan kanan ditempatkan pada lubang pengatur nada.

Bambu yang digunakan dalam pembuatan Sasesahang dibelah dan salah satunya dibentuk runcing seperti paruh atau sebuah garpu. Suara yang dihasilkan tidak seperti gendang melainkan seperti dengungan yang lembut didengar ditelinga.

9. Dol Atau Doli

Alat musik tradisional yang dipukul ini berasal dari Bengkulu. Sebuah alat musik tradisional yang memiliki sejarah sakral dan. Pada zaman dulu, Doli merupakan alat musik yang dimainkan hanya pada saat perayaan Tabot saja, dalam rangka mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad S.A.W.

Orang yang memainkan alat musik Dol juga bukanlah orang yang sembarangan melainkan hanya keturunan dari Tabot itu sendiri, seorang warga Bengkulu yang memiliki darah keturunan India (disebut Sipai).

Cara Memainkan Doli

Dol atau Doli memiliki 3 macam teknik dasar yang hingga sekarang masih bisa kita pelajari, yakni: Suwena, Tamatam, dan Suvari.

Penggunaannya tergantung dari keperluan, teknik Suwena digunakan ketika suasana sedang berduka cita, Tamatan saat suasana riang gembira dan Suwari sebagai penyemangat.

Ritme, tempo yang lambat maupun konstan juga mempengaruhi performa dari permainan Dol. Dalam sebuah pementasan, digunakan pula alat musik lain untuk mengiringi pentas tersebut seperti Tassa, serunai dan lainnya.

10. Redap

Radap adalah alat musik tradisional yang dipukul dari Bengkulu. Redap terbuat dari bahan seperti gendang yakni kayu, rotan dan kulit binatang.

Redap memiliki bentuk seperti rebana dan termasuk alat musik yang cukup lama karena keberadaannya lebih dulu ada dibandingkan alat musik Doli.

Redap dimainkan dengan cara dipukul pada bagian kulit membrannya, alat musik Redap digunakan untuk mengiringi acara-acara daerah seperti kesenian Safaral Anam dengan menggunakan Redap yang dikolaborasikan dengan Serunai dan Gendang.

11. Gendang Panjang

Gendang Panjang terbuat dari kayu dengan kulit binatang sebagai bagian yang dipukul, seperti gendang lainnya rotan juga termasuk dalam bahan pembuatannya.

Gendang panjang berbentuk silindris dengan sisi ganda. Dalam penggunaannya, Gendang Panjang biasanya berkolaborasi dengan alat musik tradisional lainnya, seperti saat acara pernikahan atau penyambutan tamu penting.

Gandang panjang termasuk ke dalam instrumen yang dibunyikan menggunakan telapak untuk mengatur tempo dan irama yang dihasilkan.

Teknik pukulan yang digunakan pemain juga menentukan bagus atau tidaknya irama yang dihasilkan. Kesulitan juga bertambah ketika Gendang ini memiliki 2 sisi yang ukurannya berbeda.

12. Sarun Atau Saron

Sarun merupakan alat musik tradisional yang dipukul asal Kalimantan Tengah dan terbuat dari logam / besi. Suara yang dihasilkan Saron sangat simple dan bisa dibilang tidak sulit untuk mempelajari cara memainkan Saron, nada yang dihasilkan adalah do, re, mi, sol, dan la.

Selain itu penggunaannya juga bisa bersamaan dengan alat musik sejenis gendang dari Kalimantan Tengah sebagai pelengkap musik yang sering dipasangkan dengan alat musik lainnya

13. Garantung

Garantung adalah juga merupakan alat musik tradisional yang dipukul khas Kalimantan Tengah yang dimainkan suku Dayak dan termasuk kedalam kelompok alat musik idiofon, Garantung terbuat dari campuran jenis logam.

Garantung memiliki bentuk mirip alat musik Gong pada instrumen Gamelan Jawa, namun Garantung menciptakan suara berbeda jika dibandingkan dengan Gong di gamelan Jawa.

Bunyi yang dihasilkan Garantung memiliki getaran yang pendek, teknik memainkan dan jumlah alat musiknya juga berbeda. Garantung dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul kayu yang dilapisi kain pada bagian ujungnya agar tidak merusak fisik Garantung.

Hampir setiap upacara adat ritual menggunakan Garantung, selain sebagai alat musik pengiring yang mendominasi jalannya upacara, Garantung juga dimanfaatkan sebagai pengiring Balian ketika menyanyikan mantra atau ketika menari, memanggil masyarakat hingga menandakan kalau hal penting yang akan dilaksanakan di daerah tersebut.

14. Babub

Babun , sebuah alat musik tradisional yang dipukul asal Kalimantan Utara yang berbentuk seperti gendang. Terbuat dari kayu dan memiliki lapisan kulit binatang pada setiap bagian yang berlubang.

Babun dimainkan dengan cara yang sama, yaitu dipukul seperti gendang. Babun juga bisa kita temui di beberapa daerah kecil di Kalimantan Selatan.

Alat musik Babun hampir bisa kita temui hampir di tiap-tiap Kabupaten dan Kota KalSel, biasanya dimana ada Babun disitu ada grup daerah atau grup wayang yang ikut meramaikan suasana pementasan Babun.

Babun digunakan sebagai musik pengiring pada acara tersebut, pemain Babun juga harus menguasai teknik yang berbeda-beda tergantung dari suasana.

Dalam memainkan Babun, pemain mengambil sikap duduk sila saat memainkan alat musik ini, penempatan dari Babun bebas sesuai keinginan pemain karena keahlian orang (kidal atau tidak) berbeda-beda.

Ada 2 penamaan dalam permainan Babun jika dilihat dari segi penempatannya, jika pemain tidak kidal maka bagian rumpiang di sebelah kanan dan pambadukdi di kiri. rumpiang dan Pambaduk hanyalah sebutan untuk sisi-sisi Babun.

Alat musik tradisional yang dipukul ini juga bisa digunakan sebagai instrumen pengiring dalam kesenian Gamelan dan Musik Panting, fungsinya-pun juga bermacam-macam.

Babun bisa digunakan sebagai penentu /penegas perubahan gerak pada tari-tarian, selain itu juga digunakan sebagai pengatur irama lagu. Jika anda ingin mencoba belajar alat musik tradisional ini, pastikan untuk tidak menutup lubang udaranya agar suaranya bisa keluar.

15. Gambang

Gambang, sebuah alat musik tradisional pukul dari Kalimantan Utara yang terbuat dari  kayu atau bambu yang berbilah-bilah sejumlah 18 buah.

Gambang memiliki resonator yang berbentuk perahu dengan bagian atas kotak tersebut dilapisi dengan beberapa potongan kayu tipis berbentuk persegi panjang. Bagian ujung pangkal resonator Gambang berbentuk piramid, fungsinya adalah untuk penutup bagian pangkal tersebut.

Gambang dipukul menggunakan alat pukul yang bagian ujungnya dibalut dengan kain agar dapat menghasilkan suara indah tanpa merusak kepingan logamnya.

Alat musik Gambang memiliki tangga nada yang berbeda antara 17 s/d 21 bilah (MayorMinor, dan Gregorian)

Nada terendah Gambang ditandai dengan bilah yang ukurannya paling panjang dan lebar, sedang nada tertinggi berbentuk pendek, tebal dan lurus seperti.

Untuk meningkatkan nada Gambang, biasanya bilah tersebut dipotong atau ditipiskan pada bagian ujungnya. Sebaliknya, untuk merendahkan nadanya bilah ditipiskan pada bagian tengahnya.

16. Kompang

Kompang adalah alat musik tradisional yang dipukul dari Lampung yang keberadaannya juga bisa ditemukan di Riau dan anda juga bisa mengetahuinya di artikel saya yang berjudul alat musik tradisional Riau di Blog ini.

Pada umumnya, Kompang menggunakan bahan yang terbuat kulit ternak sebagai bagian yang dipukul.

Binatang ternak yang sudah kulitnya sudah dibersihkan lalu dikeringkan, kemudian dipasangkan pada Kompang. Kulit yang digunakan hanyalah berasal dari Binatang ternak saja, Kompang sedikit mirip dengan alat musik Marawis.

17. Bende

Bende berbentuk Gong kecil yang biasa digunakan sebagai penegas atau pemberi tanda sebelum adanya informasi yang ingin disampaikan, misalnya sebagai penanda kepada warga untuk berkumpul di balai desa untuk mendengar informasi dari penguasa daerah atau sebagai penanda adanya sebuah pesta rakyat.

Saat ini alat musik Bende hampir bisa kita temui dalam keseharian kita, jika anda melihat topeng monyet tak jarang Bende digunakan sebagai pengiring musik tersebut.

Bende dimainkan dengan cara dipukul pada bagian yang terdapat tonjolan bulat, untuk memukul Bende juga tidak sembarangan, ada alat khusus yang digunakan agar tidak merusak Bende itu sendiri.

18. Satong Srek

Alat musik tradisional yang dipukul ini terbuat dari bambu dan seng. Bambu yang digunakan dalam pembuatan Satong srek pada salah satu bagiannya diberi penampang yang berupa lempengan tajam dan kasar pada permukaannya.

Nantinya seng yang digunakan inilah yang akan dipukul ataupun digesek dan akan menghasilkan suara.

Satong srek dimainkan sebagai pelengkap musik pada suatu orkestra musik tradisional, anda juga bisa memanfaatkannya secara individu untuk melatih kemampuan anda meskipun suara yang dihasilkan bukan untuk menghibur diri.

Alat musik tradisional dari NTB ini biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian daerah seperti tari nguri, badede, tari bulan kakendung, dan lainnya.

19. Gula Gending

Gula Gending terbuat dari seng dan tekstil (material fleksibel, terbuat dari tenunan benang), uniknya instrumen ini merupakan benda sama yang digunakan masyarakat dalam menjajakan gula kapas, dari situlah alat ini disebut Gula gending.

Dalam bahasa Sasak, tempat penyimpanan gula disebut Tongkaq yang dimanfaatkan sebagai instrumen musik.

Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara menggendong Tongkaq, kotak tersebut dipukul dengan jari tangan sesuai dengan lagu yang diiringi.

Gula gending biasanya dimainkan sambil menjajakan dagangan gula kapas berkeliling desa. Gula gending yang memiliki peran tambahan sebagai alat musik tradisional ini akhirnya dimanfaatkan orang untuk menarik perhatian anak-anak supaya dagangannya laris.

20. Cungklik Atau Palompang

Alat musik tradisional ini terbuat dari kayu dan logam. Cungklik termasuk jenis alat musik xilofon yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan 2 pemukul.

Dalam memainkannya, pemain mengambil sikap duduk dengan dua kaki lurus kedepan, sementara Cungklik diletakkan diatas paha dan rongga udara yang terdapat di antara paha dan bilah Cungklik sebagai resonator.

Dulunya alat musik tradisional ini dimainkan secara solo / tunggal dan dimainkan oleh laki-laki saja pada saat merasa bosan di sawah untuk menghibur diri.

Seiring berkembangnya zaman, kini Cungklik digunakan juga oleh kaum wanita sebagai bagian dari orkestra yang biasanya berperan sebagai alat musik ritmik, pengiring tarian dengan irama yang cepat.

21. Gendang Melayu

Gendang Melayu adalah alat musik tradisional yang dipukul asal Bangka. Gendang Melayu terbuat dari kulit binatang yang telah dibersihkan serta dikeringkan.

Gendang Melayu biasanya dimanfaatkan sebagai pengiring tarian daerah, namun ada juga yang menggunakannya saat perayaan tertentu saja.

Pada zaman dulu, Gendang Melayu digunakan pada saat sebuah pentas seni bela diri pencak silat dipertontonkan, Gendang ini digunakan sebagai penegas gerakan saat melakukan jurus tertentu ataupun mempercepat tempo.

Di beberapa daerah di Indonesia juga ada yang memanfaatkan alat musik ini untuk iring-iringan pengantin, atau pengisi acara pementasan.

Jika anda ingin mencoba posisi pemain Gendang Melayu, anda bisa memainkan alat musik ini dengan cara dipukul menggunakan kedua tangan dalam posisi duduk.

Jangan lupa juga untuk memahami bagaimana cara menghasilkan nada “tak” atau “dung” dengan berlatih. Meskipun ukuranya berbeda, tetap saja suara yang dihasilkan nyaring di telinga.

22. Rebana

Rebana sangat mudah untuk kita jumpai, tak hanya di daerah Bangka Belitung. Bengkulu, Jawa, bahkan di Jakarta-pun kita bisa menyaksikan permainan alat musik tradisional ini.

Meskipun Rebana adalah  yang “impor” karena kedatangannya bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia.

Rebana bentuknya menyerupai gendang kecil dengan satu sisi yang dilapisi dengan membran.

Rebana dimainkan dengan cara dipukul, biasanya Rebana dimainkan hanya pada saat acara tertentu saja seperti festival kebudayaan, qasidah, penyambutan tamu, pernikahan, atau pada sebagai kegiatan ekstra di beberapa sekolah (rohis, dll). Bentuk Rebana mirip dengan alat musik Marawis.

Bentuk Rebana yang berbeda akan menghasilkan bunyi yang berbeda pula, teknik memukulnya juga tidak sembarangan namun tidak memerlukan latihan yang betul-betul intensif karena biasanya ada yang mengajarkan.

Permainan Rebana kurang bagus bila dimainkan sendirian karena suara dari Rebana berbeda-beda. Selain dari alat musiknya, Rebana juga bisa menarik perhatian para penonton dengan pakaian pemain Rebana yang biasanya menggunakan pakaian tertentu, seperti pakaian adat atau pakaian grup musik mereka.

23. Bambu Hitada

Bambu Hitada, salah satu kesenian musik dari Maluku Utara. Bambu Hitada dimainkan secara kelompok dan menggunakan alat musik Maluku Utara lainnya.

Bambu Hitada juga terkenal di daerah Maluku Utara terutama Halmahera. Kesenian Bambu Hitada juga sering ditampilkan dalam berbagai acara adat.

Musik Bambu Hitada diyakini berasal dari kebiasaan masyarakat Maluku Utara yang dulu hidup berdampingan langsung dengan alam. Bertahan hidup membuat mereka mandiri serta kreatif untuk menciptakan sesuatu dan salah satunya adalah Bambu Hitada ini.

Menurut informasi, bagi masyarakat khususnya di Halmahera musik Bambu Hitada dulunya tidak hanya dimanfaatkan sebagai hiburan semata, namun juga sebagai sarana komunikasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Namun itu hanyalah kebiasaan masyarakat pada zaman dulu dan menggunakan syair yang dinyanyikan untuk berkomunikasi kepada leluhur mereka.

Dalam sebuah ansambel musik Bambu Hitada, fungsi dari masing-masing alat musik berbeda seperti halnya sebuah grup musik umumnya.

Untuk alat musik bambu dimainkan dengan cara dihentakkan kebawah bergantian dengan bambu yang lain. Tanah/Lantai yang dipukul bambu harus dilapisi dengan karung goni agar tidak merusak lantai dan menstabilkan suara Bambu.

24. Yi

Yi, sebuah Alat musik tradisional Papua Barat yang terbuat dari kayu dan bambu, cara memainkannya adalah dipukul sekeras mungkin.

Yi dulunya digunakan oleh masyarakat Papua untuk memanggil penduduk jika ada informasi penting yang ingin disampaikan. Namun, Seiring berjalannya waktu, Yi kini juga kini dimanfaatkan sebagai pengiring tarian daerah tersebut.

25. Polopalo

Polopalo adalah alat musik tradisional yang dipukul dari Gorontalo. Polopalo dimasukkan kedalam kategori alat musik idiofon.

Saat dipukul, Polopalo akan bergetar dan menghasilkan suara, meskipun terdengar mudah dari segi permainan tetap saja kita harus teliti dengan teknik yang digunakan, dari segi ritme dan aransemen musik juga memiliki pola yang berbeda.

Alat musik Polopalo terbuat dari bambu, bentuknya seperti garpu tala dengan bagian yang dipukul disebut “lutut”.

Meskipun perkembangannya sangat lambat, Polopalo mendapatkan beberapa penyempurnaan salah satunya dengan adanya alat pemukul dari kayu yang dilapisi dengan karet.

26. Ganda

Selain ada di Gorontalo sebelumnya saya sudah pernah bahas sedikit tentang Ganda pada artikel saya di Alat musik tradisional Sulawesi Tengah.

Ganda adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Seperti halnya Gendang, alat musik Ganda juga memiliki 2 buah sisi yang dilapisi kulit binatang.

Hampir semua orang yang ingin mempelajari alat musik ini cepat tanggap, karena tidak perlu teknik dan keahlian khusus dalam memainkannya.

Cukup dengan kelihaian tangan untuk memukul, dan naluri kita akan keluar dengan sendirinya. Jika dibandingkan dengan Gendang Jawa, ukuran Ganda lebih kecil dan ramping.

27. Wahulo

Wahulo adalah alat musik tradisional yang dipukul asal Gorontalo yang berbentuk seperti Rebana. Wahulo dipukul menggunakan telapak tangan sedangkan tangan yang lain memegang badan Wahulo.

Seperti memainkan Rebana, dalam memainkan Wahulo ada beberapa teknik tersendiri tiap permainan dan lagu yang dibawakan.

Alat musik tradisional ini dapat dibedakan jika anda lihat dari segi pengikat yang digunakan. Anyaman rapat dengan rotan menjadi ciri khas dari Wahulo.

Namun, sangat disayangkan karena sangat sulit untuk saya menemukan dimanakah pengrajin dari alat musik tradisional yang masih bisa ditemui.

28. Tenun

Tenun merupakan alat musik tradisional yang dipukul dari Palembang. Tenun terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang,

bagian tengah Tenun berbentuk seperti ornamen segitiga yang nantinya apabila dipukul akan mengeluarkan suara, bukan melodi. Alat musik tradisional ini terkadang bisa kita saksikan pada acara-acara hiburan.

Alat musik ini pertama dinamakan sebab dulunya dimainkan pada saat masyarakat yang umumnya bekerja menenun kain (para wanita).

Alat musik Tenun juga dimainkan pada saat mereka bosan dan ingin menghibur diri ditengah-tengah aktivitas profesi menenun kain. Dalam memainkan Tenun, pemain tinggal memukul dengan memakai kayu pada bagian tertentu yang mengeluarkan nada.

29. Calung

Calung hampir sama seperti Angklung yang merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, namun ada perbedaan Calung dengan Angklung. Angklung dimainkan dengan cara digoyang, sedangkan Calung dimainkan dengan cara ditabuh pada bagian ruasnya.

Kebanyakan bahan untuk membuat Calung adalah bambu jenis bambu hitam (awi wulung) namun, ada juga yang menggunakan awi temen (bambu ater, bambu hijau). Ada 2 jenis calung yang terkenal yakni calung rantay dan juga calung jinjing.

Cara memainkan alat musik Calung adalah dengan cara dipukul, namun untuk Calung rantay anda harus memukulnya dengan menggunakan dua tangan dengan posisi duduk bersilah sedangkan Calung jinjing anda bisa memainkannya dengan menggunakan tangan kanan, dan tangan kiri untuk memegang alat musik tersebut

30. Khendang Atau Kendang

Kendang merupakan salah satu bagian instrumen musik dalam gamelan Jawa. Alat musik Kendang sangat berguna untuk mengatur tempo, irama, intro, ataupun outro sebuah lagu.

Kebanyakan yang memegang Kendang adalah mereka yang profesional di bidang Gamelan dan sudah lama menggeluti kesenian Gamelan Jawa.

Teknik memainkan kendang disebut dengan istilah tepak, bahasa ini mungkin sudah cukup familiar di telinga. Pola memukul dengan interval tertentu sangat penting pada sebuah pentas Gamelan.

Untuk memainkan alat musik ini, anda harus memiliki stamina yang kuat dan semangat, sehingga orang yang melihat terbawa suasana.

Kendang yang berkualitas biasanya terbuat dari kayu kelapa atau nangka. Kulit binatang ternak seperti kerbau sering digunakan untuk bagian yang dipukul bernada rendah, sedangkan kulit kambing biasanya digunakan untuk bagian yang bernada tinggi.

Tali kulit ataupun rotan juga merupakan bahan yang baik untuk membuat Kendang, semakin kencang tarikan kulit semakin tinggi pula suaranya.

31. Gondra

Alat musik tradisional pulau Nias ini adalah alat musik tradisional yang dikategorikan sebagai alat musik membranofon dengan 2 sisi dan berbentuk barel.

Kedua sisi tersebut dilapisi dengan membran yang terbuat dari kulit binatang yang dikeringkan dan nantinya dikencangkan sehingga menghasilkan suara yang bagus, sementara bagian tubuh terbuat dari kayu pohon berukuran besar yang tengahnya berlubang.

Gondra dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat yang terbuat dari bambu dengan panjang setengah meter. Gondra sekilas terlihat seperti Bedug masjid dengan perbedaannya yang hanya pada pemukul serta ukuran.

Dalam memainkan Gondra, tidak memerlukan keahlian tertentu dan juga tidak harus memukulnya dengan tenaga ekstra karena memang Gondra tidak diajarkan secara cepat.

32. Kokokoko

Jika dicermati, Kokokoko adalah nama alat musik tradisional Nias yang berbentuk seperti pentungan. Kokokoko terbuat dari kayu panjang dan pada bagian tengahnya dilubangi , nantinya akan menjadi wadah suara yang dihasilkan.

Fungsi dari alat musik tradisional yang dipukul ini dulunya adalah sebagai media komunikasi antar penduduk untuk memanggil warga lainnya dan berkumpul jika ada hal penting yang ingin dibicarakan.

Kokokoko dipukul menggunakan kayu yang dibentuk (tak perlu kayu khusus). Kini Kokokoko juga dimanfaatkan sebagai alat musik pengiring.

33. Faritia

Selanjutnya alat musik tradisional yang dipukul asal Nias, Faritia. Faritia adalah alat musik tradisional yang terbuat dari logam dan termasuk jenis alat musik idiofon.

Bentuk dari Faritia hampir menyerupai Talempong dari Padang atau Gamelan dari Jawa. Diameter Faritia sekitar 23 cm dengan bagian tengah menonjol sebagai bagian yang dipukul.

Faritia dipukul menggunakan kayu simalambuo / durian yang tentunya sudah diolah sebagai alat pemukul. Dulunya alat musik tradisional Nias ini adalah barang yang didatangkan dari luar alias impor sebagai alat pembayaran dalam melakukan barter.

34. Rebana Ubi

Rebana Ubi adalah sebuah nama dari alat musik tradisional kepulauan Riau yang alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul dengan menepukkan tangan ke membran Rebana.

Rebana Ubi dimasukkan kedalam kelompok musik sejenis Gendang sekaligus alat musik perkusi.

Rebana Ubi berukuran lebih besar dibandingkan rebana pada umumnya, sebab Rebana ini memiliki diameter paling kecil 70 cm dan tinggi 1 m. Rebana Ubi dapat digantung secara horizontal dan bisa juga diletakkan diatas lantai .

Fungsi Rebana Ubi

Pada zaman dahulu, Rebana ini dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam menyebarkan informasi seperti adanya acara pernikahan penduduk setempat atau adanya bahaya (seperti angin kencang atau kebakaran).

Rebana Ubi diletakkan di tempat yang tinggi dan dipukul dengan ritme tertentu tergantung penggunaannya.

35. Ketipung

Ketipung, salah satu jenis alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul dari Jawa Timur, Ketipung memiliki bentuk yang menyerupai Gendang hanya saja, ukurannya yang lebih kecil.

Ketipung terbuat dari kayu yang diberikan lubang berukuran 20cm ~ 40cm tergantung keinginan pembuatnya.

Nama alat musik yang satu ini memang sedikit mirip dengan ketapang yang merupakan nama tanaman. Tak sedikit pula orang beranggapan Ketipung adalah nama lain dari Gendang Dangdut, seringnya penyebutan inilah yang membuat kita sulit untuk membedakan manakah yang Ketipung dan mana yang Gendang Dangdut.

36. Bonang

Bonang adalah salah satu alat musik tradisional yang masih dalam keluarga instrumen Gamelan (sangat terkenal di daerah Jawa), bonang dimainkan dengan cara dipukul pada bagian menonjol dengan menggunakan alat pemukul yang memang dibuat khusus.

Keunikan Bonang terletak pada bentuknya yang merupakan susunan dari banyak gong kecil, banyak orang yang menyebutnya ceret yang disusun berbaris pada bingkai kayu yang sudah dibentuk, ada beberapa sebutan khusus untuk Bonang, yaitu:

  • Rancal: Bingkai kayu pada Bonang
  • Brunjung: Baris pertama
  • Dhempok: Baris kedua

yang perlu kita adalah, ketahui menurut pengamat musik ensemble Gending untuk memainkan sebuah bonang ada 2 macam susunan nada yaitu slendro dan pelog.

37. Rindik

Rindik adalah alat musik tradisional yang dipukul dari Bali yang bisa kalian temui saat berkunjung ke pulau dewata. Rindik terbuat dari bambu bernada slendro.

Rindik umumnya dimainkan bergrup (3 sampai 5 orang) dimana 2 orang memainkan rindik dan sisanya menggunakan alat musik yang lain.

Rindik biasa digunakan sebagai pengiring dalam hiburan rakyat ‘Joget Bumbung’. Seiring perkembangan zaman, Rindik akhirnya sudah fleksibel dan mengikuti kemajuan era modern.

Sekarang ini Rindik bisa digunakan sebagai pelengkap musik acara pernikahan atau sebagai penyambut tamu

38. Ceng-ceng

Ceng-ceng merupakan unsur penting dalam perangkat Gamelan Bali. Dalam berbagai unsur musik Gamelan disana, Ceng-ceng memegang peran yang cukup penting diantara alat musik tradisional yang lainnya.

Ceng-ceng dimainkan dengan cara dipukul pada bagian tembaga yang bundar dan akan menghasilkan suara “ceng-ceng-ceng” seperti namanya.

Untuk menghasilkan suara yang agak keras cukup pegang kedua bagian atas dengan menggunakan kedua tangan.

Di Bali, Ceng-ceng biasanya digunakan pada barungan Gamelan, semar pegulingan, gong gede, barongan, pelegongan, gong gebyar, dan lainnya.

Ada juga acara disana yang disebut Tari Barong Batubulan Bali, dengan membayar tiket masuk anda bisa menikmati pertunjukkan tersebut.

Dalam pembuatan, kayu nangka dan tembaga adalah bahan dasar pilihan untuk membuat Ceng-ceng. Ceng-Ceng terdiri dari 6 buah logam bundar di bagian bawah dan 2 logam bundar di bagian atas.

Tali yang ada pada bagian atas perunggu Ceng Ceng adalah tempat kita memegang alat musik tersebut, Ceng-Ceng lebih mirip sebuah simbal.

39. Demung

Layaknya Saron, Demung juga masih termasuk dalam kategori keluarga Balungan. Biasanya dalam sebuah set Gamelan terdapat 2 Demung yang memiliki versi nada pelogdan slendro, dilihat dari fisiknya memanglah cukup besar namun untuk hasil nada yang dihasilkan, Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah.

Cepat, lambat ataupun keras, lemahnya sebuah permainan tergantung dari komando pemain Gendang yang mengatur tempo.

Dalam memainkan Demung, tangan kanan memukul bagian logam lalu tangan kiri memencet logam yang baru dipukul untuk meredam getaran dari suara yang dihasilkan.

40. Kenong

Kenong adalah alat musik tradisional yang dipukul dari Jawa tengah dan merupakan anggota penyusuh musik Gamelan. Kenong dimainkan menggunakan satu alat pemukul. Kenong berfungsi sebagai penegas irama dalam sebuah permainan lagu.

Kenong berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan Bonang, Kenong dipukul dengan menggunakan alat pemukul kayu yang ujungnya dililitkan kain. Jumlah Kenong dalam sebuah set instrumen Gamelan biasanya juga lebih dari 6 buah.

Bentuk Kenong yang besar menghasilkan suara rendah namun nyaring didengar dan suara yang ditimbulkan di telinga juga terdengar khas. Dalam gamelan, suara yang dihasilkan Kenong digunakan untuk mengisi kekosongan antara Kempul

41. Gender

Sebetulnya alat musik tradisional yang dipukul asal Jawa tengah yang satu ini sangat sering kita jumpai meskipun tidak di daerah asalnya sekalipun namun kita kurang menyadarinya,

Gender merupakan alat musik dari logam yang dimainkan dengan cara dipukul. Gender memiliki 10 hingga 14 batang logam yang bernada dan diletakkan diatas resonator atau seng.

Alat musik tradisional ini juga memiliki nama sebutan lain seperti Gender barung atau Gender penerus.

Pada sebuah set Gamelan Jawa yang lengkap, terdapat 3 jenis gender, yakni Gender slendroGender pelog pathet nem dan lima dan Gender pelog pathet barang. Untuk para awam seperti saya, cukup sulit membedakan Gender bentuk Gender yang mirip dengan Slenthem.

42. Canang

Canang adalah alat musik tradisional dari Aceh, Canang bisa kita temui pada kelompok masyarakat Gayo, Alas, dan Tamiang.

Biasanya masyarakat disana menyebut Canang dengan sebutan Canang Trieng, Teganing atau juga Kecapi.

Fungsi Canang yang dapat dilihat pada umumnya digunakan sebagai musik pengiring tarian. Canang juga digunakan sebagai penghibur anak gadis yang sedang berkumpul pada waktu itu.

Canang dimainkan saat waktu kosong, saat bosan dan bisa juga sepulang dari sawah.

Canang dapat diartikan memiliki pengertian lain. Dari sekian banyak alat musik tradisional yang ada di Aceh, Canang sepintas ditafsirkan sebagai alat musik pukul.

Namun, sangat disayangkan semakin maju dan berkembangnya teknologi membuat rasa keingintahuan anak muda semakin berkurang akan budaya tradisional terlebih tentang Canang.

43. Geundrang

Geundrang adalah instrumen musik yang berbentuk seperti Gendang, alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara dipukul pada bagian membran yang nantinya akan bergetarnya menggunakan telapak tangan atau kayu pemukul.

Fungsi dari Geundrang adalah sebagai pengatur nada pada pertunjukan musik.

Memainkan Geundrang

Secara umum, Geundrang dimainkan bebas dengan posisi berdiri atau duduk tergantung dari kondisi pertunjukkan. Sampai sekarang Geundrang masih sering dimainkan oleh masyarakat Aceh dalam pementasan seni tradisional maupun modern.

Geundrang bisa kita jumpai di daerah Aceh besar dan juga di sekitar pesisir Aceh seperti Aceh Utara, Pidie, dan lainnya. Geundrang tidak memiliki tangga nada.

Variasi nada yang dihasilkan Geundrang murni dari teknik memukulnya. Secara teknis kekencangan kulit Geundrang juga mempengaruhi suara yang dihasilkan.

Membuat Geundrang

Geundrang terbuat dari kayu nangka, kulit kambing / sapi yang ditipiskan, ditambah rotan. Pembuatannya diawali dengan membuat lubang pada sebuah gelondongan kayu yang berbentuk silinder,

dengan panjang 40 ~ 50 cm, hingga membuat rongga yang tembus pada masing – masing ujungnya.

Selanjutnya kulit hewan ternak yang sudah bersih dan dikeringkan tadi dipasang pada kerangka rotan dan dipasangkan pada masing-masing pangkal Geundrang.

Alat memukul Geundrang terbuat dari kayu yang ujungnya sedikit bengkok dan pipih, tongkat ini memiliki panjang sekitar 40 cm.

44. Rapai

Rapai adalah alat musik ritmis yang terbuat dari kayu dan kulit binatang. Menurut Z.H Idris, alat musik rapai ini berasal dari Irak  dan masuk ke Indonesia bersamaan dengan seorang penyiar agama, bernama Syeh Rapi.

Macam-macam Rapai

Dalam pertunjukannya, Rapai dimainkan oleh 8 hingga 12 orang yang dikenal dengan sebutan awak Rapai, alat musik tradisional yang dipukul ini berfungsi sebagai pengatur tempo irama bersama dengan Serune Kalee.

Berdasarkan fungsinya, alat musik Rapai memiliki berbagai jenis, antara lain:

  • Rapai Pulot
  • Rapai Daboih
  • Rapai Pasee (rapai gantung)
  • Rapai Geurimpheng (rapai macam)
  • Rapai kisah
  • Rapai Anak/tingkah

Rapai memang mirip dengan Rebana dimainkan dengan cara dipukul, alat musik tradisional Rapai ini berbentuk seperti panci dengan ukuran yang berbeda-beda.

Rapai memang bisa dimainkan solo, namun akan lebih bagus jika dimainkan dengan menggunakan teknik pukulan yang bermacam-macam.

45. Taktok Trieng

Seperti alat musik tradisional Rapai, Taktok Trieng juga dimainkan dengan cara dipukul, alat musik Taktok Trieng terbuat dari bahan dasar bambu. Alat musik tradisional ini bisa kita jumpai di daerah Aceh besar dan Kab. Aceh lainnya.

Menurut penggunaan asalnya, ada 2 macam Taktok Trieng yang digunakan, pertama yang dipergunakan di Meunasah, pada tiap pertemuan di balai atau tempat yang di lihat wajar untuk meletakkan alat ini.

Kedua yang gunakan di sawah-sawah guna mengusir hewan pengganggu seperti burung atau serangga lainnya yang kemungkinan merusak panen

46. Tambo

Tambo, alat musik tradisional yang dipukul asal Aceh ini menggunakan alat pemukul sepasang, saat pertama kali mendengar jenis musik ini saya berpikiran bahwa ukurannya mungkin seperti gitar atau alat musik lainnya,

ternyata Tambo memiliki ukuran yang cukup besar untuk dibawa oleh 1 orang.

Dulunya, Tambo hanya digunakan ketika ingin mengumpulkan masyarakat untuk membahas atau bermusyawarah di tempat tertentu,

biasanya Tambo diletakkan di Meunasah yang nantinya jika ada keperluan mendadak mereka bisa langsung digunakan untuk memanggil warga.

Dalam acara Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (PeNas KTNA) lalu yang dibuka oleh Bapak Presiden Jokowi di Banda Aceh kemarin juga menggunakan Tambo sebagai alat pembukanya.

Penggunaan Tambo sekarang sudah semakin jarang karena tergantikan dengan teknologi microphone yang lebih canggih dan simpel.

47. Tifa

Tifa adalah alat musik tradisional dari Papua. Tifa memiliki prinsip sama dengan gendang dan teknik memainkannya pun juga hampir sama.

Alat musik tifa terbuat dari batang kayu yang dilubangi atau diambil isinya, lalu salah satu sisinya diberikan potongan kulit rusa yang telah dikeringkan.

Kulit rusa hanyalah salah satu bahan yang bisa digunakan membuat bagian membran yang dipukul, bisa saja menggantinya dengan menggunakan kulit binatang lainnya. Tifa juga alat musik yang memiliki cerita legenda, salah satunya adalah “Biwar sang penakluk naga”

Tifa memiliki berbagai macam jenis, diantaranya: Tifa Dasar, Tifa Jekir, Tifa Potong, dan Tifa Bas. Tifa digunakan sebagai iring-iringan lagu hingga berdansa mengelilingi api unggun dan lainnya, namun pada jaman dulu Tifa digunakan sebagai alat musik penyemangat perang.

48. Krombi

Krombi adalah alat musik yang terbuat dari bambu, alat musik inilah yang digunakan oleh suku Tehit di Papua untuk mengiringi tarian ditengah acara adat masyarakat seperti pesta adat. Krombi dimainkan menggunakan alat pukul yang terbuat dari kayu.

Krombi bisa kita temukan di daerah kampung Seremuk, Papua. Krombi biasanya dimainkan dikolaborasikan dengan alat musik tradisional lainnya seperti karapra, fukuoka, nailavos, piko.

Tak jarang masyarakat juga memainkan alat musik tradisional Papua Nugini sebagai pelengkapnya

49. Atowo

Atowo adalah nama alat musik tradisional yang dipukul asal Papua, namun saat ini cukup sulit ditemukan keberadaannya, memang benar sekali alat musik tradisional Atowo merupakan alat musik khas adat budaya disana.

Bentuk dari atowo bulat panjang dengan ukuran yang relatif kecil dan ringan.

Atowo dimainkan dengan menggunakan 2 tangan, tangan yang satu memegang Atowo dan satunya menabuh dengan menggunakan teknik pukulan yang dikuasai untuk menciptakan irama.

Atowo juga bisa digunakan sebagai alat musik hiburan rakyat.

50. Aramba

Dalam susunan Alat musik tradisional Sumatera Utara, Aramba adalah alat musik tradisional pukul yang sering dimainkan pada saat acara perkawinan. Aramba terbuat dari tembaga kuningan atau logam perunggu, alat musik ini diyakini berasal dari Nias.

Aramba dimainkan dengan cara dipukul pada bagian bundar dan menonjol di bagian tengah, biasanya Aramba digantungkan pada seutas tali, bentuk dari alat musik ini mudah dikenali karena adanya bagian bundar yang menonjol tersebut.

Bentuk Aramba

Aramba memiliki garis tengah 40 cm s/d 50 cm, sedangkan untuk Aramba yang digunakan bangsawan bernama Aramba Fatao dan Aramba Hongo dengan ukuran garis tengah 60 cm s/d 90 cm.

Jika dilihat sepintas, Aramba seperti memiliki 2 bagian, pertama bagian datar panjang dan kedua bagian yang dipukul.

51. Druri Dana

Druri Dana adalah alat musik tradisional yang dipukul asal Sumatera Utara, alat musik ini ini terbuat dari kayu yang dipotong lalu dibentuk seperti sedemikian rupa sesuai dengan keinginan si pembuat.

Druri dana menghasilkan suara dari bambu yang saling beradu. Druri Dana diyakini berasal dari Nias dan sistem kerjanya seperti angklung

52. Gordang

Gordang adalah alat musik tradisional Sumatera Utara yang dimainkan dengan cara dipukul, Gordang berbentuk menyerupai sebuah Gendang dari Taganing yang berperan sebagai pengatur ritme dan tempo.

Gordang merupakan instrumen musik yang terdiri dari 9 buah Gendang, bentuk Gordang terdiri dari susunan dari Gendang besar yang tersusun secara rapi dan berurutan.

Gordang biasanya dimainkan ketika ada pertunjukkan adat, penyambutan tamu, acara pernikahan dan juga terkadang pada saat peringatan “kematian” seseorang. Gordang biasanya dimainkan bersamaan dengan alat musik tradisional Sumatera Utara yang lainnya.

53. Gendang Sisibah / Pakpak

Gendang Sisibah/pakpak memiliki arti Sembilan gendang yang salah satu sisinya diletakkan pada sebuah rak yang dipukul menggunakan pemukul dari kayu / alat pukul lainnya.

Gendang Sisibah bisa kita temui di beberapa daerah Sumatera Utara yang biasa menggunakan alat musik tradisional yang dipukul ini, untuk mengiringi upacara adat yang ada di PakPak Dairi.

Bisa dibilang Gendang Sisibah adalah ensambel musik dari Pakpak, Sumatera Utara yang terdiri dari sembilan Gendang 1 sisi, Kalondang, Kecapi, Lobat, dan Gong. Lalu alat musik tersebut dimainkan untuk mengiringi upacaraadat di daerah sana.

54. Panggora

Panggora adalah alat musik tradisional sejenis Gong namun suara dengan bunyi yang unik,

bunyi Panggora seperti itu karena memang alat musiknya dimainkan oleh satu orang dengan pukulan menggunakan stik, lalu ketika suara muncul langsung diredam dengan menggunakan tangan.

Panggora merupakan Gong yang paling besar dengan diameter 37 cm dengan tebal sekitar 6 cm. Panggora mempunyai bentuk besar, besarnya melebihi Aramba dan Faritia.

Panggora terbuat dari logam seperti besi, perunggu atau kuningan , Suara yang dihasilkan oleh alat musik tradisional ini nyaring dan keras.

55. Gimba

Selanjutnya ada Alat musik tradisional yang dipukul Gimba, belum ada informasi pasti mengenai Gimba karena pada kecamatan lain di Kab.

Donggala ada juga yang menamakannya Ganda-Ganda dengan bentuk yang lebih kecil dan masyarakat hanya mengetahui bahwa sejak ada, nama alat musik tradisional tersebut adalah Gimba.

Gimba dipergunakan ketika ingin memberitahukan sebuah kegiatan atau jika ada kejadian tertentu, seperti berita duka, bencana alam dan lainnya.

Mereka bisa mengetahui adanya ba haya yang datang dengan mendengar suara dari Gimba, setiap teknik pukulan menandakan hal yang berbeda-beda.

Gimba juga dipergunakan sebagai alat musik pengiring tarian terutama pada saat Upacara Balia apalagi jika ada pertandingan atau pertunjukkan pencak silat.

Gimba dimainkan berkolaborasi dengan alat musik lain seperti Lalove pembukaan sebelum orang menari. Beberapa orang meyakini jika alat musik Gimba yang dimainkan dengan Lalove dapat mengundang makhluk halus dan bisa merasuki masyarakat yang ikut menonton.

56. Gemer

Gemer adalah salah satu alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul dari Kalimantan Timur, seperti Gendang lainnya Gemer terbuat dari batang kayu yang satu sisinya dilubangi dan kemudian dilapisi dengan kulit binatang sebagai membran yang dipukul.

Meskipun kebanyakan orang di Indonesia beranggapan semua alat musik tradisional yang dipukul adalah Gendang, Gemer memiliki 4 jenis berbeda dan dapat dibedakan berdasarkan bentuk ukurannya yaitu:

  • Prahi
  • Gimar
  • Pampong
  • Tukung tuat

Gemer dipukul dengan menggunakan tangan dengan teknik tertentu sehingga dapat menghasilkan irama bermacam-macam. Alat musik Gemer biasa dimainkan sebagai alat musik tradisional pengiring dalam sebuah upacara adat atau tarian lokal.

57. Jatung Utang

Jatung Utang adalah alat musik tradisional yang dipukul khas Kalimantan Timur, alat musik ini dimainkan pada 1 bagian saja karena alat musik tradisional ini memiliki panjang yang bisa mencapai 3 meter dan diameternya hampir setengah meter.

Selain mirip dengan Gendang, Jatung Utang memiliki ada yang mirip seperti Gambang, Alat musik tradisional tersebut terbuat dari kayu yang dirangkai dan diikat dengan tali, pada setiap kayu yang tersusun rapi tersebut memiliki nada yang berbeda dan dapat dimainkan dengan 2 tangan dengan menggunakan pemukul di tiap tangan.

Penggunaan Jatung Utang

Alat musik tradisional Jatung Utang dulunya digunakan untuk sebagai tanda atau isyarat pada sebuah acara adat seperti upacara-upacara dan tarian daerah.

Cara memainkan alat musik tradisional Jatung Utang ada 2 macam, pertama ditopang dengan kaki, dimana sang pemain duduk dengan kaki lurus dan Jatung diletakkan di atas kaki. Kedua dengan cara duduk sambil menghadap alat musik tersebut.

58. Uding Iring

Uding adalah alat musik tradisional yang dipukul asal Kalimantan  dengan diameternya sekitar 2 – 3 cm saja dan panjangnya 20 cm serta memiliki rongga yang berisi biji kayu pada bagian ujungnya.

Alat musik tradisional ini jarang dijumpai di suku-suku yang tinggal menetap karena penyebaran alat musik ini sendiri diyakini menyebar bersamaan dengan suku-suku yang sedang berpindah lokasi.

Cara memainkan Uding

Untuk memainkan alat musik Uding iring memang sedikit unik, pemain memegang alat musik tersebut menggunakan dua jari lalu membuka mulutnya seakan ingin berkata “a”.

Lalu Uding diletakkan melintang dimulut dan dipetik ujungnya menggunakan jari tangan yang lain. sehingga bilahnya bergetar dan menghasilkan bunyi.

Untuk menghasilkan suara yang merdu perlulah latihan untuk para pemain, dan Uding bisa dimainkan secara solo atau sebagai anggota ansambel musik tergantung penggunaannya.

59. Gening

Gening berasal dari suku Dayak yang artinya “Bunyi”. Alat musik tradisional yang dipukul ini dimainkan penduduk Dayak sebanyak 8 buah, bahkan pada suku Dayak Kenyah mencapai 12 buah.

Gening yang asli terbuat dari Kayu namun di beberapa daerah seperti yang tinggal dekat pantai pastinya sudah berinteraksi dengan orang dan mulai mengenali pembuatan Gong dari logam, akhirnya suku Dayak satu dengan lainnya saling berinteraksi.

Pembuatan Gening

Gening dibuat dari gelondongan kayu yang dipotong, kayu yang digunakan adalah kayu sejenis Meranti. Bentuk kayu ini memang sudah bulat dan panjang seperti pohonnya.

Hiasan yang diukir pada Gening biasanya berupa motif ukiran yang menandakan daerah masing-masing, namun sekarang alat musik tradisional ini sudah ada yang terbuat dari logam dan yang terbuat dari kayu cukup sulit untuk ditemukan.

60. Klentangan

Klentangan adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 6 Gong kecil yang dimainkan dengan cara dipukul pada bagian yang menonjol,

kumpulang Gong kecil ini tersusun rapih di sebuah tempat layaknya rak yang dibentuk dan diukur sehingga Gong tersebut muat sesuai urutan nadanya.

Tiap Gong yang tersusun menghasilkan nada yang berbeda entah itu mayor maupun minor, anda akan diberikan 2 stik kayu yang digunakan untuk memukul Klentangan.

Sekilas memang jika kita bisa membayangkan Klentangan memiliki bentuk yang sama seperti alat musik penyusun Gamelan Jawa.

Membuat Klentangan

Klentangan berbahan utama kayu yang bergelombang karena bersifat kuat, ringan dan jika diraut. kayu tersebut akan lurus dan mudah dibentuk.

Namun kayu jenis ini sudah langka sehingga kini Klentangan terbuat dari logam kuningan atau logam sejenisnya.

Bentuk kelentangan dari kayu dan logam berbeda. Untuk Klentangan yang terbuat dari kayu bentuknya berbilah dan yang logam berbentuk bulat.

Jika anda sempat mengunjungi suku Dayak Tunjung, mereka mengenali Klentangan dengan bahan dari besi kuningan ini dengan sebutan Serunai.

Untuk membuat klentangan tidaklah rumit dan dilakukan dengan cara tradisional, ada 3 tahap yang anda akan dilewati jika ingin membuat Klentangan ,yaitu saat bahan, menata bilah dan terakhir membuat kayu pemukulnya

61. Terbangan

Terbangan adalah alat musik tradisional yang dipukul asal Sumatera Selatan.

Terbangan merupakan jenis Rebana yang ada di daerah tersebut, Terbangan terdiri dari 4 jenis rebana yaitu Rebana Hadrah dan satu Bedug kecil yang disebut Jidur. Terbangan umumnya dimainkan bersamaan dengan alat musik tradisional Serunai atau alat musik Biola.

62. Hadrah

Hadrah adalah alat musik tradisional yang masih lekat dengan budaya Melayu dan kesan Agama, Hadrah memiliki bentuk seperti Gendang kecil atau alat musik Qasidah Yang biasanya dimainkan pada momen tertentu saja.

Hadrah memiliki simbal kecil pada bagian pinggirnya dan setiap pemain memukul alat musik tersebut akan ada suara dari gerakan kerincingan tersebut.

Saat dipukul, hadrah akan mengeluarkan bunyi yang nyaring jadi untuk yang belum terbiasa siapkan telinga anda supaya tidak terkejut. Hadrah kurang bagus jika dimainkan sendirian.

63. Terah Umat

Terah Umat adalah alat musik tradisional Kalimantan Barat yang terbuat dari logam besi (umat) maka dari itu disebut dengan Terah Umat. Terah umat adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul selayaknya gamelan Jawa.

64. Calung Rantay

Calung jenis ini memiliki 7 wilahan (ruas bambu) atau lebih yang dideretkan urutannya dari ukuran yang terbesar hingga terkecil. Cara memainkan alat musik Calung rantay adalah dipukul dengan menggunakan tangan sambil duduk sila, Calung Rantay bisa anda temukan terikat di pohon atau pada bilik rumah di beberapa daerah Banjaran, Bandung.

65. Calung Jingjing

Berbeda dengan Rantai, Calung Jinjing terdiri dari 4 hingga 5 bambu, seperti Calung Gonggong (2 bambu), Calung Jonggrang (5 bambu), Calung Panepas (5 bambu) dan Calung kingking (12 bambu). Cara memainkan Calung Jinjing adalah dengan cara dipukul menggunakan tangan kanan dengan alat pemukul dan tangan kiri memegang Calung.

66. Kintung

Kintung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, bentuk Kintung seperti angklung yang berasal dari Jawa Barat.

Bunyi yang dikeluarkan alat musik ini juga bisa diatur tergantung pengaturan pada bagian “rautan / serutan”. Semakin ke atas sebuah rautan maka akan semakin kecil pula pegangannya.

Kintung termasuk alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul yang terdiri dari 7 ruas bambu yang berbeda tergantung namanya.

Kintung juga dilengkapi dengan 2 buah tongkat pemukul. Dulunya alat musik Kintung dipertandingkan, tak hanya dari segi suara namun bisa juga dipertandingkan hal magisnya.

Kintung adalah alat musik tradisional instrumental dan dapat mengiringi lagu, jenis lagu tirik dan japin atau nyanyian Banjar lainnya sering menggunakan alat musik ini.

Supaya lebih indah, biasanya Kintung berkolaborasi dengan Gendang dan Gong

67. Kalampat

Kalampat merupakan salah satu alat musik tradisional dari Kalimantan Selatan yang terbuat dari Batang Batung (bambu tebal yang berdiameter besar). Kalampat merupakan alat musik yang bentuknya menyerupai Gendang, namun berkepala tunggal.

Kalampat adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul dari rotan.

Dalam beberapa acara yang menggunakan Kalampat sebagai musiknya, biasanya dikombinasikan dengan Gong sebagai pengiring seperti contoh, upacara panen padi (Bawanang) dan upacara lainnya.

68. Ul-Dhaul / Ul-Daul

Kesenian musik Ul-Daul tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Madura. Daul dulunya hanya sebatas Kentongan yang dipukul untuk membangunkan warga untuk sahur pada saat bulan Ramadhan tiba.

Seiring berjalannya waktu, Daul ini sekarang telah dilengkapi dengan adanya tambahan beberapa alat musik tradisional.

Banyak orang yang bilang bahwa Ul-daul adalah alat musik perkusi. Kesenian musik tradisional yang awalnya bermula dari Kab. Pamekasan ini sekarang seakan menjadi “Guest Star” pada tiap-tiap acara besar, khususnya di wilayah Madura.

Musik tradisional Daul sudah tak asing lagi bagi masyarakat Sumenep. Sudah empat tahun belakangan ini, perkembangan musik tradisional ini semakin pesat terutama di tiga kabupaten, yakni Sumenep, Sampang, dan Pamekasan.

Saat ini, Ul-Daul telah menjadi bagian dari khasanah kekayaan seni budaya masyarakat Madura.

69. Ogung Oloan

Oloan merupakan salah satu alat musik tradisional suku Batak. Oloan dimainkan dengan cara dipukul, biasanya Oloan digunakan bersamaan dengan gong lainnya di dalam ansambel yang sama dan menjadi grup kecil.

Keempat gung ini memiliki peranan yang berbeda, memainkan Oloan tidak bisa asal-asalan karena suaranya yang cukup besar sehingga kita harus berhati-hati dalam mengambil tempo nada.

70. Ogung Ihutan

Ihutan merupakan salah satu Oging dari bagian ansambel musik yang saya sebutkan diatas. Ogung ini memiliki tugas sebagai pengiring nada dari Ogung Oloan, Ihutan memiliki nada yang lebih tinggi dibandingkan dengan Ogung tersebut. Ukuran Ogung bervariasi tergantung dari fungsi dan penggunaan.

71. Ogung Panggora

Dengan banyaknya sub-etnis dalam suku Batak, tiap suku dari mereka memiliki perangkat Ogungnya tersendiri, sebelumnya telah saya sebutkan tentang Ihutan dan Oloan. Ditambah dengan Ogung Panggora yang dimainkan untuk tujuan tertentu, bunyinya keras dan menggelegar dan mampu mengalahkan suara dari Ogung lain

72. Ogung Doal

Doal adalah Ogung yang menghasilkan nada rendah, Ogung Doal mampu menciptakan irama dengan ritme yang konstan dan dapat diikuti dengan Ogung lainnya.

Soal berperan sebagai penambah variasi bunyi, untuk membantu pemain dalam memainkan Ogung lainnya, semacam “acuan” yang bisa mereka ikuti.

73. Hesek

Hesek adalah alat musik tradisional suku Batak Toba. Hesek merupakan alat musik instrumen pembawa tempo (sebagai ketukan dasar), alat musik Hesek terbuat dari pecahan logam yang tak dipukul menggunakan botol.

Hesek menghasilkan ketika pecahan logam tadi saling diadu, oleh karena itu Hesek dikategorikan alat musik idiophone.

 

Sumber referensi : 

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_alat_musik_Indonesia

Bagikan:

Abdul

Pelajar yang insyaallah tidak pelit ilmu.

Leave a Comment